Kamis, 12 Maret 2015

Zikir (Membantu Hati Ingat Allah)

Pesan abiku:

Zikir yang diucapkan dengan kata membantu hati mengingat Allah. Bagi sebagian manusia berzikir secara kuat lebih berdampak daripada berzikir secara perlahan, terutama bagi mereka yang baru memulai praktek zikir. Zikir diam di dalam hati adalah gerakan perasaan. Hati menghayati apa yang dizikirkan dan terbentuklah alunan perasaan sesuai dengan apa yang dihayati. Pada tingkat yang lebih mendalam zikir bukan lagi sebutan atau memori ke Nama, tetapi hati menyaksikan Keperkasaan dan Keelokan Tuhan. Bila hati sudah dapat menyaksikan Keelokan dan Keperkasaan Allah, itu tandanya seseorang itu sudah ada hubungan kembali dengan roh suci yang mengenal Allah. Pancaran cahaya makrifat dari roh suci membuat hati dapat melihat kenyataan sifat-sifat Allah.


Pada tingkat kesadaran yang lebih mendalam, ucapan serta memori dan perhatian yang berhubungan dengan Allah menimbulkan gairah atau zauk. Zauk itu terjadi karena kuatnya tarikan kedekatan Allah kepada hati. Ingatan dan penyaksian terhadap Hadrat Allah akan memberi efek yang sangat kuat pada hati. Hati yang menyaksikan Hadrat Tuhan Yang Maha Perkasa dapat menyebabkan seseorang menjadi pingsan karena takutnya hati kepada keperkasaan Allah swt. Hati yang menyaksikan Hadrat Tuhan Yang Maha Lemah-lembut akan mengalami rasa kenikmatan dan kebahagiaan yang amat sangat.

Pada tingkat kesadaran yang lebih mendalam, hati diperkuat sehingga mampu menerima 'sentuhan' Hadrat Allah itu. Penyaksian terhadap Hadrat Tuhan tidak lagi melahirkan gairah atau zauk atau kegoncangan ke hati. Hati mengalami suasana Hadrat Tuhan dalam keadaan damai dan sejahtera. Pada tingkat ini hati akan mengenal Allah sebagai Raja Yang Maha Berkuasa. Berada di sisi Raja tersebut membuat hati merasakan kesejahteraan dan keamanan yang tidak terhingga, hilang rasa takut dan dukacita.

Pada tingkat kesadaran yang paling dalam hati berhadap ke Hadrat Tuhan yang bernama Allah, yang menguasai semua Hadrat, yang melampaui segala nama dan sifat, segala pernyataan dan ibarat. Hati sampai ke tingkat jahil setelah berpengetahuan. Ilmu gagal menguraikan tentang Allah makrifat gagal memperkenalkan Allah swt. Apa saja yang terbentuk, tergambar, berpikir, yang disaksikan dengan mata luar dan juga mata dalam dan semuanya tersungkur di hadapan Hadrat Allah, yang tiada Tuhan melainkan Dia, Maha Perkasa. Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang menyamai Allah swt, Dia Maha Esa. Hati yang berhadapan dengan Hadrat Allah benar-benar mengalami dan mengenali maksud keesaan Allah swt. Hati pun tunduk, menyerah sepenuhnya kepada Allah, kebanggan diri runtuh, keilmuan dan pengetahuan mencair tak ada artinya, diri masuk dalam suasana rasa, bukan suasana akal, segala yang berupa logis dan perbandingan akal dan pendapat atas dasar pada tingkat kepahaman ilmu semua telah dihilangkan, yang ada adalah hidayah dan cahaya dari Allah yang menjelaskan yang tersirat dari apa juga kejadian, tak ada penjelasan yang mampu menjelaskan kecuali dengan ibarat dan bukan penjelasan yang semestinya, dan setiap orang pengalamannya berbeda karena daya tampung cahaya dari Allah berbeda-beda. Barulah sempurna penyerahannya, barulah lengkap perjalanan Islamnya.

Sebaliknya, diri yang masih menggunakan otoritas akal dan pendapatnya sendiri, dan menilai Allah dengan logikanya, dia hanya seperti keledai yang memutar gilingan gandum, dan ditutup matanya, sudah seharian berjalan dikira si keledai sudah teramat jauh amat perjalanan, padahal perjalanannya sama sekali tak kemana-mana, apa yang dianggap pendapatnya, menyangkal dengan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sebenarnya terjadi diungkap dengan otoritas akal pikirannya yang terbatas, dan tak mau disadari, dia seperti seorang pelari yang paling banyak berlari, padahal sejauh dia berlari juga masih di dunia saja tak kemana-mana, jika akal itu sudah menyelisihi iman, sebaiknya akal itu diajak saja ikut meyakini, sebab komposisi akal itu sangat lemah, akal dan ilmu itu hanya kendaraan, misal bis, kalau lewat jalan pematang janganlah dipaksakan untuk melewatinya, lewati jalan pematang dengan jalan kaki saja, berjalan dengan segenap perasaan, rasakan rumput yang basah, dan rasakan setiap sentuhan angin dan suara walau aneh di telinga, jangan paksakan tak percaya pada pematang yang dilihat, dan memaksakan bus melewatinya, itu hanya akan menyusahkan kamu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar